Dunia Sedang Merangkak Menuju Kehancuran?

We crawl away from the 2020;
ashes, ashes, ashes, then,
we all fall to dust.

Hidup menjadi jauh lebih buruk dan tidak membahagiakan saat ini. di tengah dunia yang sedang dilanda wabah corona, semuanya menjadi terasa melelahkan, membosankan, dan juga membuat stress. ini aneh. siapa yang tak merasakannya? aku bahkan merasa bosan berada di rumah karena isolasi, padahal aku sudah melakukan itu sebelum kondisi mengharuskan semua orang melakukan isolasi  dan tampaknya itu membuatku merasa segalanya menjadi jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan ketika aku melakukannya atas kemauan sendiri. mungkin kalian juga merasakan hal yang sama sepertiku.

jika segalanya terasa lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya karena kita sedang berada di penghujung peradaban, sepertinya kita harus berhenti menganggap bahwa 2020 adalah tahun yang buruk dan berhenti berpikir seolah-olah hal-hal buruk hanya terjadi tergantung pada tanggal dan perhitungan tahun di kalender. percayalah bahwa 2021, 2022, 2023, …., dst, tidak akan menjadi lebih baik, setiap hari akan terus memburuk dan semakin memburuk. badai pasti berlalu pun dengan segala hal buruk, tentu saja, tapi ketika satu hal buruk berlalu, hal buruk lainnya sudah menunggu di depan sana. mari berikan ucapan selamat datang dan berikan perayaan untuknya.

Kita semua sama-sama tahu bahwa saat ini hidup sedang berantakan dan menyebalkan, meski demikian, bukan berarti aku mengatakan bahwa kehidupan sebelum wabah datang itu menyenangkan, tapi mungkin apa yang akan terjadi pada beberapa dekade selanjutnya akan membuat hari ini dan sebelumnya terlihat seperti kenangan indah. adanya wabah ini paling tidak memberikan kita kesadaran hingga kita tahu betapa mudahnya kehidupan ini berhenti dan seberapa cepat semuanya bisa berubah. pelajaran penting dari wabah ini: kehidupan yang kita kenal sekarang telah berakhir. tidak, aku tidak mengatakan bahwa isolasi akan terjadi selamanya. Tapi wabah ini tidak akan hilang dalam waktu dekat. Oleh karena itulah, dalam kurun waktu yang entah sampai kapan, kita akan hidup berdampingan bersama virus dan tentu saja ini akan merampas kehidupan kita dan menyebabkan gelombang depresi yang besar, melebihi yang pernah ada pada tahun 1930. jika sebelumnya dunia membentuk sebagian dari generasi kita menjadi generasi konsumtif yang sama murahannya dengan produk yang dibeli, saat ini dunia menjadikan kita generasi depresif karena sebagian besar umat manusia tidak memiliki tempat tinggal, tidak mampu untuk bertahan hidup, dan kebingungan untuk mencari nafkah karena sulitnya mencari pekerjaan dan juga upah yang semakin menurun, dst. mungkin kalian yang memiliki sejumlah tabungan mampu untuk bertahan tanpa harus dipusingkan dengan pilihan mengenai hal paling mendasar dalam hidup karena kalian mempunyai banyak akal untuk tetap memenuhi kebutuhan dasar kalian tanpa harus memilih sehingga kalian akan mampu melewati itu, masalahnya adalah ketika kalian menghabiskan pendapatan dan tabungan untuk memenuhi kebutuhan dasar, lama-kelamaan uang kalian akan habis karena kalian terlalu banyak mengeluarkan uang untuk mempertahankan kebiasaan kalian. pada titik inilah sepertinya kalian memang harus khawatir dengan apa yang akan terjadi beberapa puluh tahun ke depan.

dunia sedang merangkak maju menuju akhir peradaban dan wabah ini, mungkin, hanyalah awal dari segala hal lain yang lebih spektakuler, atau dengan kata lain, wabah adalah satu dari sekian banyak gambaran, peringatan, dan juga potret mengenai masa depan kehidupan kita yang suram. maka cukup mudah untuk membayangkan hal apa saja yang akan terjadi pada tiga atau empat dekade terhitung sejak wabah ini bergulir. perubahan iklim, kerusakan ekologi, depresi ekonomi, krisis keuangan, pergolakan politik, dan gelombang baru untuk wabah penyakit sudah menunggu di depan sana. perubahan iklim akan meningkatkan tingkat kepunahan ikan karena bumi mengalami ketidakstabilan suhu dan musim mengakibatkan air yang ditinggali ikan menjadi terlalu hangat sehingga ikan tidak bisa berkembang biak. disusul dengan kerusakan ekologi yang diawali dengan putusnya rantai kehidupan dan matinya hewan-hewan seperti cacing, serangga, lebah, dan seterusnya yang memiliki peran penting dalam berjalannya  kehidupan di planet ini. Sungai-sungai berubah menjadi lumpur karena ikan yang biasa membersihkan sungai, telah mati. tidak ada lagi yang akan memberi makan tanaman dan menjaga kesehatan hutan karena serangga pun telah pergi—mati. inilah saat di mana ekosistem di bumi mengalami penurunan yang tidak dapat diubah dan akan menyebabkan bencana bagi kita.

pew, di titik ini kehidupan di bumi perlahan mulai mati. 

bumi akan dilanda kekeringan, sungai tak lagi bersih, ini akan menjadi periode dimana air bersih menjadi sesuatu yang mewah. tanah berubah menjadi debu dan sulit untuk ditanami, tidak ada lagi panen, bahan mentah tidak lagi bisa diakses. tidak ada lagi makanan yang mudah didapatkan. pun dengan langkanya obat-obatan yang berbahan dasar senyawa, dan seterusnya. kita akan bersaing sengit hanya untuk mendapatkan makanan, yang tak mampu bersaing akan mati kelaparan. kematian massal menjadi penanda lenyapnya sebagian manusia bersamaan dengan peradaban saat ini tapi tidak menutup kemungkinan akan ada sebuah peradaban baru yang tentu saja akan berbeda dengan peradaban kita karena kehidupan manusia bisa saja berakhir tapi bukan berarti itu akhir dari proyeksi individu. siapa yang tahu? yang pasti adalah bahwa kehancuran telah ada di depan mata kita, wabah corona memberikan kita peringatan dan ia mengajari kita untuk bisa melihat akhir dunia dari sini. kita bisa melihat cahaya peradaban meredup kemudian padam. semua hilang dan yang tersisa hanyalah perjuangan yang putus asa dari manusia untuk mempertahankan hidupnya. saling ‘memakan’ satu sama lain hingga semua berubah menjadi debu, api, dan kematian. maka jika saat itu ada hukum universal yang berlaku di bumi, itu adalah kenyataan yang kuat memakan yang lemah. begitulah akhir dari peradaban manusia saat ini. biarkanlah semuanya hancur tapi kita harus pastikan bahwa kita akan menari diatasnya dan merayakan kehancurannya. 

Ocehan mengenai akhir dari dunia ini tak lebih dari sekadar omong kosong. kita tetap tidak akan pernah mengetahui dengan pasti kapan dunia ini benar-benar berakhir, tapi setiap tindakan yang manusia ambil adalah suatu kemungkinan yang bisa mengantarkan manusia menuju kepunahannya. hidup di akhir-akhir peradaban memang menyebalkan. bukan hanya karena hidup ini melelahkan, membosankan, dan suram. tapi karena kita tahu bahwa seharusnya kita bisa terhindar dari ini jika saja kita tidak melakukan sdlfj&@**#(@skdkj tapi sudahlah mungkin memang harus selalu seperti ini, kita harus selalu gagal agar kita bisa tetap mewariskan kegagalan kepada generasi setelah kita. seperti yang dilakukan oleh generasi sebelum kita kepada generasi kita.

 


Ditulis oleh: Vlen


Tulisan ini juga sedikit merangkum beberapa informasi dari tulisan di Medium yang berjudul If Life Feels Bleak, It’s Because Our Civilization is Beginning to Collapse