Fenomena Anarko sebagai Krisis Eksistensi

 

*)Ditulis oleh Edvans Edeb Kratom.

 

_

Pada tiap sudut kota, seringkali ditemukan gambar dari sebuah cat semprot yang membentuk logo circle A. Aku sendiri tidak yakin tentang pemahaman dari individu yang melakukan tindakan tersebut, dalam tanda kutip; apakah mereka mengerti tentang sebuah gagasan yang mereka kedepankan; sebab persoalan signifikannya bukan tentang sebuah logo tapi tentang upaya dan kesadaran karena sudah sering aku bertemu segelintir pelaku vandalisme lalu aku pun menanyakan tujuan juga maksud dari tindakan yang mereka lakukan.

Tapi jawaban dari beberapa pelaku sungguh membuatku mual dan ingin muntah. Mereka beralasan tentang sebuah eksistensi dan dari kenyataan yang terjadi hari ini seringkali kita melihat sebuah poster tuntutan yang memakai logo “(A)” pada setiap aksi protes massa dan ini adalah hal yang sangat absurd; gagasan yang menolak dominasi juga sistem melakukan tindakan mengemis dan mengiba pada objek yang mereka tolak dan tidak dikehendaki. Sungguh tragis.

Fenomena anarko yang terjadi hari ini adalah sebuah krisis eksistensi individu yang menjadikan pembangkangan sebagai trending sosial karena mungkin bagi mereka, sesuatu hal yang anti mainstream adalah gaya hidup yang maskulin. Hahaha… Eksistensi anarko ini adalah sebuah upaya perlawanan yang sebenarnya juga patut untuk diapresiasikan sebab mereka bertindak dengan spontanisme dan juga situasi yang memang upaya yang harus dilakukan adalah menolak setiap kebijakan hukum yang dibuat-buat demi menyelamatkan dan mempertahankan posisi busuk dari instansi pemerintah. Tapi eksistensi anarko juga patut dikritisi karena masih banyak dari mereka yang hanya mengerti tentang penindasan negara tanpa mereka sadari ada orang dekat yang akan mengingkari keberadaan mereka jika sebuah tatanan lama dapat dihancurkan.

Dan lebih parahnya adalah mereka yang terjebak pada serangkaian dinamika ilusi yang dikendalikan dan dijadikan alat demi kepentingan politik seseorang, hal ini sering terjadi dalam sebuah kelompok yang terorganisir dan otonom tapi masih mempertahankan sebuah penokohan. Hal tersebut memudahkan seseorang untuk melakukan propaganda dan doktrinisasi terhadap internalnya demi melancarkan tujuan busuk dan pencapaiannya dengan mengerahkan kekuatan massa.

Jangan pernah berkompromi dengan mereka yang berupaya mengambil posisi. Kiri dan Kanan sama saja. Kita harus membangun sebuah kesadaran dan kita juga harus menghancurkan kesakralan!