Boleh-boleh Saja Kok Mencuri dari Perusahaan

*)Digagas oleh Francesca. Seorang ilegalholik.

Kamu membaca ini karena kamu terlalu banyak bekerja dan kamu masih makan serta hidup seperti sampah. Atau mungkin, karena kamu telah menyerah ke dalam perasaan yang kita semua rasakan; bahwa memiliki pekerjaan terasa begitu buruk dan kamu tidak benar-benar ingin bekerja sebanyak itu—dan kamu juga makan dan hidup seperti sampah.

Sepanjang hidupmu, kamu telah diberi tahu bahwa menjadi kriminal adalah keburukan. Saya berharap agar meyakinkanmu untuk tidak mempercayai itu dan berhenti memainkan permainanmu yang dirancang supaya menjadi kalah atau setidaknya untuk sedikit melakukan penipuan. Saya pikir kamu layak untuk melakukan itu.

 

Mengapa Orang Mencuri dari Perusahaan?

Saya mencuri karena saya lapar atau membutuhkan sesuatu yang samasekali tidak mampu saya dapatkan secara nyaman. Saya mencuri karena saya bosan dan frustasi pada sekian hari jam kerja atau demi mencoba mempersiapkan jam kerja kembali dengan cara berlibur yang rasanya menyenangkan. Dan juga, saya mencuri karena saya tidak punya pilihan nyata dalam banyak hal yang saya lakukan pada kehidupan sehari-hari; karena saya bekerja demi membayar biaya sewa, mencoba memperketat waktu istirahat secara tergesa-gesa supaya siap kembali bekerja, dan berulang seterusnya. Mencuri kue dari Whole Foods mungkinlah satu-satunya hal yang saya lakukan hari ini dan benar-benar keputusan yang saya buat sendiri  secara merdeka.

Kebanyakan orang yang menganjurkan pencurian mungkin memulainya dengan cara meyakinkanmu bahwa mencuri dari perusahaan tidak akan merugikan siapapun. Mereka akan memberi tahumu bahwa para karyawan yang bekerja demi upah cenderung tidak melihat upahnya dipengaruhi oleh pencurian produk, dan sebagian besar toko sebenarnya memasukkan perihal kerugian produk ke dalam anggarannya sehingga pendapatan toko itu sendiri juga hampir tidak terpengaruh samasekali oleh pencurianmu. Meskipun hal-hal itu benar, saya bukanlah orang yang tepat (dalam menganjurkan/sebagai contoh-red).

Saya harap saya bisa menyakiti atau bahkan merepotkan seorang pemilik perusahaan dengan cara mengambil sebagian investasinya. Jika saya bisa kembali ke salah satu bos tempat saya pernah bekerja sembari melakukan pencurian di tempat kerja, tentu saya akan senang melakukannya. Yang menyedihkan; pada titik seperti ini, barang-barang mengalami overproduksi secara tak terukur, kekayaan ditimbun secara tak terhingga, dan kekuasaan terpusat secara mengerikan. Saya akan bisa menghabiskan sisa hidup saya untuk menjarah sebanyak yang bisa tangan saya bawa dan bahkan saya tak akan pernah bisa membuat kejahatan saya sebagai ancaman terkecil bagi seorang jutawan kelas rendah. Maka itulah berita buruknya.

Kabar baiknya, saya mencuri demi bertahan hidup.  Karena itu, saya telah memberi diri saya kehidupan dimana saya dapat bekerja lebih sedikit dibandingkan kebanyakan orang dan sementara saya tidak akan menyebut diri saya “bebas” karena ini. Saya telah mencuri waktu dalam hidup saya yang saya gunakan untuk hal-hal lebih penting; antara pekerjaan atau liburan santai yang saya pikir keduanya tidak membuat hidup saya menjadi layak dijalani.

Saya tidak bersusah payah membenarkan pencurian yang tidak saya lakukan. Saya tidak tertarik menerima apapun dari orang yang beruang lebih banyak karena memiliki akses lebih mudah dibandingkan saya. Jika saya tidak diberikan pilihan untuk berpartisipasi dalam permainan hukum dan ketertiban, maka saya tidak akan merasa berdosa untuk mencuranginya. Ini bukanlah permainan saya dan saya tidak akan diberi kesempatan untuk menang. Jadi, saya tidak akan bermain dan saya bisa memilih keluar darinya.

Saya tidak ingin menjadi “pantas” dengan cara yang sama. Saya tidak ingin “ditoleransi”—seperti toleransi dari orang straight kepada orang gay. Saya tidak ingin “ditoleransi” dengan cara yang sama. Saya tak ingin menjadi “tak bersalah”.

Intinya, saya tidak menentang kriminalitas, saya melawan hukum, & saya tidak ingin memperjuangkan keluguan atau legalitas; saya ingin melawan apapun yang akan mengklasifikasikan saya sebagai “penjahat” atau “warga negara”.

Saya melihat toleransi hanya sebagai kebungkaman; sebagai penekan dendam; dan melalui cara yang sama akan ada penerimaan secara pantas sebagai pengekangan yang halus. Saya tak memperoleh makanan, pakaian, buku, dan lain sebagainya secara “pantas”. Saya ingin memiliki hal-hal semacam itu karena saya hidup, karena hal itu tersedia, dan kue-kue dari Whole Foods rasanya enak. Saya tidak ingin dilatih untuk berterima kasih atas kesempatan mendapatkan makanan—layaknya hewan peliharaan.

Entalah kamu seorang pekerja keras atau penipu; entah seorang miskin yang baik atau miskin yang buruk, kamu tetaplah menjadi pecundang yang diintai oleh mata permainan hukum, pekerjaan, ekonomi, dan apapun. Tetapi, itu di mata mereka. Sementara di mata saya, kamu sekadar melakukan apa yang mustinya kamu  lakukan untuk bertahan hidup.

Saya pernah berbicara dengan seorang lelaki gelandangan yang mengamen di French Quarter dan tinggal di New Orleans tepat setelah badai katrina menerjang. Dia dan beberapa orang lain dari lingkungannya pergi keluar dan menjarah secara berkala—seperti yang dilakukan oleh banyak orang terkenal lainnya. Apa yang mereka dan tetangganya lakukan mungkinlah keperluan untuk selamat dari situasi mengerikan pada pekan itu.

Dia mengatakan kepada saya bahwa orang-orang selingkungannya menganggap dirinya sebagai pahlawan dan dia mungkin menyelamatkan atau memperbaiki beberapa jiwa dengan mengambil apa yang perlu diambil. Tentu saja menyedihkan saat memandang masa lalunya sebab mengingat hidupnya sekarang dianggap sebagai tunawisma jahat, dibenci oleh warga negara terhormat, diawasi oleh polisi, dan sebagainya.

Hukum tak akan salah memahami apa artinya penjarahan bagi para penyintas bencana katrina. Saya pikir bahwa itu benar-benar dipahami dengan sangat baik; bahwa pencurian diperlukan untuk bertahan hidup dalam kasus itu. Kita tidak mengalami kesalahpahaman atau pengartian yang buruk dengan hukum; justru kita mengalami konflik dengannya. Tidak ada kekuasaan negara atau ekonomi yang membutuhkan kebenaran untuk membicarakan hal itu. Apa yang kita inginkan berada di sisi lain; bukan di dalamnya.

 

Bagaimana dengan Perusahaan Kecil?

Segelintir argumen sering diulang-ulang untuk menghalau pencurian terhadap perusahaan dengan berdasarkan pada beberapa hipotesis pengecualian yang melambai-lambai layaknya bendera fantasi yang aneh. Hipotesis sempurna yang paling umum menyatakan bahwa “pemilik perusahaan yang tertindas” sebagai korbannya.

Pemilik persewaan tempat tinggal yang menyebalkan dan dilanda kemiskinan akibat sedikit tagihan-tagihannya belum dibayar hanyalah ada sekian kecil persen dari jajaran pemilik bisnis di kehidupan nyata. Bagi saya, sebenarnya sungguh menyakitkan rasanya untuk memberikan argumen yang canggung dan menyedihkan pada halaman ini. Terlebih lagi, jika kamu mengartikan seseorang yang mempunyai sekitar 30000 dollar (modal besar-red) untuk memulai bisnis kecil sembari berbaringan sebagai korban; tentunya kita memiliki pengertian yang sangat berbeda mengenai “korban”.

Bagaimanapun, upaya untuk mempersonifikasikan perusahaan sangatlah aneh bagi saya. Sebuah perusahaan bukanlah seorang manusia. Membuat perusahaan adalah menjalankan serangkaian investasi yang sering dimaksudkan untuk menciptakan keuntungan kembali secara berkembang; misalnya ketika kamu membayar para pekerja dengan upah lebih sedikit dan menjual barang-barang dengan harga lebih mahal. Maksud saya, ya, saya akan memprioritaskan seseorang memperoleh makan atau mendapatkan Advil (merek obat pereda nyeri) dari perusahaan yang menyimpan satu dari banyak investasinya di brankas. Semudah itu.

Saya benar-benar benci melakukan perhitungan semacam ini karena kamu bisa melakukannya sendiri. Tapi saya akan kehilangan satu data di sini jika kita tidak menyelesaikannya melalui perhitungan dan melanjutkannya.

Dalam persyaratan memperoleh pinjaman untuk administrasi bisnis kecil-kecilan, dinyatakan bahwa bisnis kecil adalah bisnis dengan kurang dari 500 karyawan dan total penjualan kurang dari 7 juta dollar dalam setahun. Artinya juga, sebagian besar dari persentase kepemilikan bisnis yang sangat kecil ini bisa menggunakan kriteria di atas sebagai semacam jimat bagi bisnisnya. Jika kamu menggeluti bisnis seperti itu, kamu bisa menggunakannya untuk mewakili pembelaan investasimu dari membayar ratusan pekerja tanpa tunjangan apapun selama satu jam sehingga bisa mempekerjakan mereka sampai berbanting tulang. Penjelasan ini benar-benar bukan untuk membuat argumen saya terasa berbeda; melainkan perlu disebutkan jika itu diperlukan untuk mengurangi argumentasi fiktif.

Simaklah, saya tidak memberitahukanmu apa yang seharusnya dilakukan. Jika kamu masuk ke dalam toko dan berpikir pemiliknya lebih jahat daripada kamu, kamu bisa merobek-robek omong kosong tentang Walmart.

Saya pun tidak akan menghentikanmu. Kelainan pemilik usaha kecil yang menyesuaikan narasi sebagai “yang tertindas” akan menyebabkannya keluar dari bisnis dan hampir memperoleh jaminan dalam tahun pertama usahanya; karena biasanya mereka tidak dapat memiliki peralatan untuk bersaing dengan perusahaan besar yang menjual barang yang sama. Jadi, ini sebenarnya omong kosong untuk membayangkan sebuah skenario tentang eyeliner yang dicuri bisa menjadi jerami yang akan menghancurkan  bisnis tingkat “punggung unta” manapun.

 

Kebutuhan versus Keinginan

Sebenarnya hal ini tidaklah mengherankan. Saya tak akan berupaya menyelidiki antara mencuri untuk “kebutuhan” dan mencuri untuk “keinginan”. Saya tidak mencoba untuk mengklaim bahwa pencurian dari perusahaan adalah “benar”—walaupun sebenarnya benar—dan mencuri dari perusahaan sebagai kriminalitas tanpa korban—sekali lagi, saya harap tidak.

Saya pikir, mendefinisikan “kebutuhan” jauh lebih samar dibandingkan dengan orang-orang yang suka membenarkan pembicaraan beberapa poin slogan secara panjang-lebar. Terutama, dikarenakan beragamnya jalan menuju kemiskinan atau pula betapa susahnya menjadi orang kaya sebagai situasi yang tak terelakkan. Bukan hanya kelaparan dan penyakit yang membuat hidup menjadi sulit; kehidupan modern juga sangat membosankan.

Menurut saya, kebutuhan bisa berupa relaksasi, jalan-jalan bersama teman, membaca buku, dan lainnya. Kehidupan orang-orang lebih dari sekadar makan, buang hajat, menjadi mesin tidur, dan kita memang membutuhkan lebih dari sekadar makanan dan tempat berlindung. Sebaliknya, saya ingin menyederhanakan argumen saya dan mengatakan bahwa mencuri dari perusahaan itu baik karena membayar barang (paywalls) adalah keburukan. Hentikanlah sepenuhnya!

Ada yang mengatakan bahwa mencuri dari perusahaan tidaklah baik dengan menyertakan contohnya.  Tapi sebenarnya, pencurian dari perusahaan selalu baik-baik saja karena paywalls selalu menjadi sarana penghukuman atau penghadiahan dan sebagai wujud penolakan terhadap dikte sistem ekonomi atau penguasaan negara.

Sialnya, kita tak akan sering bisa menyingkir dari hukum dan permainan uang yang kita coba untuk mencuranginya. Beberapa dari kita akan dikelilingi oleh urusan dengan pertokoan dikarenakan apa yang kita lihat. Sekian hari, kita harus pergi bekerja supaya kita dapat membayar sewa. Kita harus menggunakan sebagian uang sewa untuk memperbaiki rasa lelah atau urusan rumah sakit dan berharap kita memiliki sisa uang yang cukup agar tidak diusir dari tempat tinggal. Tapi kita akan mengambil apa yang bisa kita dapatkan, membagikan yang kita peroleh, dan bertahan hidup untuk memicu aksi-aksi lainnya.

 

[Dialihbahasakan oleh Maong-chan. Jarang suka mencuri perhatian tapi tanpa sengaja mencuri hati.]