Kapitalisme Cinta

Di era yang penuh dengan materi saat ini, sepertinya amat sulit untuk bicara tentang cinta. Orang lebih senang untuk membicarakan tentang uang dan kesuksesan. Pertimbangan para gadis pun sekarang jauh lebih kritis. Hal pertama yang menjadi penilaian terkadang adalah pekerjaan, penghasilan, dan apakah pasangannya naik mobil atau tidak. Begitu juga, terkadang pria pun berpikiran demikian.

Inilah yang aku sebut sebagai era kapitalisme cinta; dimana kekayaan dan modal menjadi penentu untuk memperoleh cinta seseorang. Terkadang orang tua juga berpikir demikian; anak perempuannya diarahkan untuk menikah dengan seorang yang mapan, tanpa menanyakan apakah anaknya cinta atau tidak dan apakah keputusan itu tidak melukai hati orang lain.

Maka tak heran, banyak konsenkwensi sosial yang kemudian terjadi; banyak sekali para pemuda yang terkadang putus cinta dan kemudian bunuh diri karena merasa terlecehkan dan merasa hidupnya tidak berharga lagi. Dan memang penghargaan terhadap jiwa manusia semakin menurun; yang dihargai saat ini hanyalah uang dan kekayaan. Kebenaran, perasaan manusia, sudah tidak menjadi penting lagi. Prinsip kebanyakan orang adalah “tidak penting membahagiakan orang lain, yang penting adalah membahagiakan diri sendiri”.

Tidak hanya bunuh diri, perceraian pun meningkat dan semakin banyak kasus kriminal. Manusia seperti kehilangan makna hidup, lupa arti penghormatan dan cinta, lupa akan betapa bernilainya ketulusan dan budi seseorang. Manusia menjadi berorientasi pada materi. Inilah suatu fenomena kapitalisme cinta; dimana cinta dan ketulusan hati manusia hanya dihargai dengan uang dan materi. Suatu fenomena komersialisasi cinta dan perdagangan kemanusiaan.


*)Ditulis oleh: Kvman Al- Bacteria